[Sosok] Roni, Pekerja Keras Tanpa Minta-minta
Mei 27, 2017
Memiliki
tubuh yang sempurna adalah keinginan setiap orang, baik dari lahir ataupun
setelah menjalan hidup. Namun keinginan itu akan kalah dengan takdir. Begitulah
yang dialami pria pemilik nama Syahroni itu. Keadaan fisiknya yang tidak lagi
seperti dulu tidak membuat dia patah semangat untuk menjalani hidup. Dia
menyadari bahwa dia harus memulai hidup barunya, meski tidak seperti orang yang
normal lainnya.
Siang
itu, matahari seolah sedang berada di puncaknya. Jelas sangat terasa sengatan
sang mentari yang menembus tubuh. Membuat tetes demi tetes keringat tanpa
terasa telah jatuh di sekitar pelipis mata. Suasana jalanan kota Medan saat itu
pun sangat ramai. Sebab jarum jam telah menunjukkan bahwa jam istirahat para
pekerja telah tiba. Mobil, sepeda motor, dan angkutan umum hilir mudik dan
sesekali memadati ruas jalan yang terkena lampu merah. Aku memarkirkan sepeda
motorku di depan salah satu ruko dan melanjutkan menyusuri pinggiran toko di
tengah kota itu. Sesekali menolehkan wajah ke kanan dan kiri untuk mencari
orang yang dicari. Aku menghentikan langkah tepat di sebrang kantor tirtanadi.
Tak lama kemudian aku meilhat sosok yang kucari. Dia menuju salah satu
pinggiran toko untuk mengambil stok jualannya. Sebelumnya aku pernah membeli
aqua yang dijualnya saat melintasi jalan ini. Dari sinilah aku tahu dia.
Roni.
Begitulah orang-orang seprofesinya mengenalnya. Sosoknya sebagai seorang anak
yang membantu kehidupan orang tua dikenal memiliki semangat luar baisa.
Lengkungan yang selalu tergurat dari bibirnya yang menghiasi wajahnya itu
selalu membuat dia terlihat ceria di mata orang yanga ada disekelilingnya. Lelaki
yang menjajakkan aqua di siampang lampu merah Jalan Pandu ini terlihat
bersemangat meski sengat mentari begitu terasa. Tas yang dia selempangkan
menjadi tempat untuk meyimpan jualan yang dia tawarkan dari satu mobil ke mobil
lain. Bahkan dari satu kereta ke kereta yang lainnya. Dia begitu cekatan
melakukan semua itu. terbukti bahwa itu adalah kegiatan sehari-hari yang biasa
dia lakukan.
“Saya
memang sudah lama menekuni pekerjaan ini. Lebih kurang tujuh tahunlah berjualan
di sini,” kata lelaki itu.
Dengan
keadaan yang hanya memiliki separuh dari kedua tangannya dia masih tetap
semangat untuk menjajakkan dangangannya. Kecelakan 14 tahun silam di tempat
kerjanya dulu membuat dia harus mengikhlaskan separuh tangannya yang selama ini
telah banyak membantunya untuk mencari nafkah. Sebelum kecelakaan itu
menimpanya, pria yang akrab di panggil Roni ini masih seperti orang-orang
biasanya yang normal dan dia masih bekerja di bangunan listrik.
“Keadaan
saya saat ini karena kecelakaan saat saya bekerja di bangunan listrik. Saat itu
kenak listrik di tahun 2001 bulan Oktober tanggal 19,” uajrnya mencoba untuk
mengingat kejadian itu.
Tidak
hanya berjualan aqua, biasanya roni juga berjualan kacang. Dan saat menjelang
hari kemerdekaan seperti biasanya dia juga menjajakkan bendera, seperti
pedagang yang sering kita lihat dijalan pada umumnya.
Sebagai
pedagang dia rutin memulai pekerjaannya itu dari pagi hingga sore hari. Tak ada
kata malu dalam diriya untuk mencari nafkah. Meski sekalipun keadaan fisiknya
tidak lagi sempurna. “Saya nggak minder dengan keadaan ini. banyak yang ngambil
foto saya saat jualan. Tapi saya nggak malu,” katanya penuh senyum.
Aku
melihat apa yang dijalaninya ini tergolong sulit. Bagaimana tidak, dia harus
berulang mengambil dagangannya yang dia letakkan di samping toko di pinggir
jalan itu. Sebagian memang sengaja dia masukkan ke dalam tas yang disandangnya
sebagai stok. Tak tega melihat dia seperti itu. Terlebih lagi saat dia harus
menawarkan dagangannya dari jendela ke jendela mobil dan mengalami penolakan-penolakan.
Sosok
pekerja keras yang tidak ingin bergantung pada orang lan ini cukup
menginspirasi. Tak jarang kita temui orang-orang di luar sana yang masih
memiliki organ tubuh lengkap, bermalas-malasan dan memilih pekerjaan yang tak
seharusnya menjadi pekerjaan (red: minta-minta). Belum lagi sebagian yang kita
temui dari mereka itu adalah rekayasa. Kita lupa bahwa kehidupan ini tidak
selamanya semanis madu. Seharusnya kita belajar bahwa masih banyak pekerjaan
lain yang bisa kita gunakan untuk mencari sesuap nasi.
2 komentar
Setujuuuu.....
BalasHapusSemoga kita yang diberi jasad sempurna bisa ambil pelajaran dari abang ini.
pertiwisoraya.com
Amiin kak
Hapus